“Waktu tante masuk kamar,
tante lihat kamu lagi tidur di
kasur tante, dan sarung kamu
tersingkap sehingga celana
dalam kamu terlihat. Tante jadi
terangsang dan pingin pegang
punya kamu. Hmm, gedhe juga
ya Mr. P mu” Tante terus saja
nyerocos untuk menjelaskan
kelakuannya.
“Sudahlah tante, gak pa pa kok.
Lagian Firman tahu kok kalau
tante tadi pagi masturbasi di
kamar mandi ” celetukku
sekenanya.
“Lho, jadi kamu..” Tante kaget
dengan mimik setengah marah.
“Iya, tadi Firman ngintip tante
mandi. Maaf ya. Tante gak
marah kan ?” agak takut juga
aku kalau dia marah.
Tante diam saja dan suasana
jadi hening selama lebih kurang
10 menit. Sepertinya ada gejolak
di hati tante. Lalu tante bangkit
dan membuka lemari pakaian,
dengan tiba-tiba dia melepas
blaser dan mengurai
rambutnya. Diikuti dengan
lepasnya baju tipis putih,
sehingga sekarang terpampang
tubuh tante yang toples sedang
membelakangiku. Aku tetap
terpaku di tempat tidur, sambil
memegang tonjolan Mr. P di
sarungku. Bra warna hitam juga
terlepas, lalu tante berbalik
menghadap aku. Aku jadi salah
tingkah.
“Aku tahu kamu sudah lama
pingin menyentuh ini..” dengan
lembut tante berkata sambil
memegang kedua bukit
kembarnya.
“Emm.., nggak kok tante.
Maafin Firman ya.” aku semakin
salah tingkah.
“Lho kok jadi munafik gitu, sejak
kapan?” tanya tanteku dengan
mimik keheranan.
“Maksud Firman, nggak
salahkan kalau Firman pingin
pegang ini.. !” Sambil aku tarik
bahu tante ke tempat tidur,
sehingga tante terjatuh di atas
tubuhku. Langsung aku kecup
payudaranya bergantian kiri dan
kanan.
“Eh, nakal juga kamu ya.. ihh
geli Fir.” tante Ninik merengek
perlahan.
“Hmm..shh” tante semakin
keras mendesah ketika
tanganku mulai meraba kakinya
dari lutut menuju ke
selangkangannya.
Rok yang menjadi penghalang,
dengan cepatnya aku buka dan
sekarang tinggal CD yang
menutupi gundukan lembab.
Sekarang posisi kami berbalik,
aku berada di atas tubuh tante
Ninik. Tangan kiriku semakin
berani meraba gundukan yang
aku rasakan semakin lembab.
Ciuman tetap kami lakukan
dibarengi dengan rabaan di
setiap cm bagian tubuh. Sampai
akhirnya tangan tante masuk ke
sela-sela celana dan berhenti di
tonjolan yang keras.
“Hmm, boleh juga nih.
Sepertinya lebih besar dari
punyanya om kamu deh. ” tante
mengagumi Mr. P yang belum
pernah dilihatnya.
“Ya sudah dibuka saja tante.”
pintaku. Lalu tante melepas
celanaku, dan ketika tinggal CD
yang menempel, tante
terbelalak dan tersenyum.
“Wah, rupanya tante punya Mr.
P lain yang lebih gedhe.” Gila
tante Ninik ini, padahal Mr. P-
ku belum besar maksimal
karena terhalang CD.
Aksi meremas dan menjilat terus
kami lakukan sampai akhirnya
tanpa aku sadari, ada
hembusan nafas
diselangkanganku. Dan aktifitas
tante terhenti. Rupanya dia
sudah berhasil melepas CD ku,
dan sekarang sedang
terperangah melihat Mr. P yang
berdiri dengan bebas dan
menunjukkan ukuran
sebenarnya.
“Tante.. ngapain berhenti?” aku
beranikan diri bertanya ke
tante, dan rupanya ini
mengagetkannya.
“Eh.. anu.. ini lho, punya kamu
kok bisa segitu ya..?” agak
tergagap juga tante merespon
pertanyaanku.
“Gak panjang banget, tapi
gemuknya itu lho.. bikin tante
merinding ” sambil tersenyum
dia ngoceh lagi. Tante masih
terkesima dengan Mr. P-ku
yang mempunyai panjang 14 cm
dengan diameter 4 cm.
“Emangnya punya om gak
segini? ya sudah tante boleh
ngelakuin apa aja sama Mr. P
ku. ” Aku ingin agar tante
memulai ini secepatnya.
“Hmm, iya deh.” Lalu tante
mulai menjilat ujung Mr. P. Ada
sensasi enak dan nikmat ketika
lidah tante mulai beraksi naik
turun dari ujung sampai
pangkal Mr. P
“Ahh.. enak tante, terusin hh.”
aku mulai meracau.
Lalu aku tarik kepala tante Ninik
sampai sejajar dengan kepalaku,
kami berciuman lagi dengan
ganasnya. Lebih ganas dari
ciuman yang pertama tadi.
Tanganku beraksi lagi, kali ini
berusaha untuk melepas CD
tante Ninik. Akhirnya sambil
menggigit-gigit kecil puting
susunya, aku berhasil melepas
penutup satu-satunya itu. Tiba-
tiba, tante merubah posisi
dengan duduk di atas dadaku.
Sehingga terpampang jelas
vaginanya yang tertutup rapat
dengan rambut yang dipotong
rapi berbentuk segitiga.
“Ayo Fir, gantian kamu boleh
melakukan apa saja terhadap
ini. ” Sambil tangan tante
mengusap vaginanya.
“OK tante” aku langsung
mengiyakan dan mulai
mengecup vagina tante yang
bersih.
“Shh.. ohh” tante mulai
melenguh pelan ketika aku
sentuh klitorisnya dengan ujung
lidahku.
“Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir..
yaa.. shh” tante mulai berbicara
tidak teratur.
Semakin dalam lidahku
menelusuri liang vagina tante.
Semakain kacau pula omongan
tante Ninik. “Ahh..Fir..shh..Firr
aku mau keluar.” tante
mengerang dengan keras.
“Ahh..” erangan tante keras
sekali, sambil tubuhnya
dilentingkan ke kebelakang.
Rupanya tante sudah mencapai
puncak. Aku terus menghisap
dengan kuat vaginanya, dan
tante masih berkutat dengan
perasaan enaknya.